Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Terhadap Jepang : PolresGowa

Distributor CCTV  » General »  Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Terhadap Jepang : PolresGowa
0 Comments

Perlawanan Rakyat Singaparna Jawa Barat Terhadap Jepang

Perjuangan masyarakat Singaparna Jawa Barat melawan Jepang di   tengah penjajahan jelas merupakan masa yang paling sulit bagi bangsa Indonesia, meskipun perjuangan tersebut tidak pernah berhenti. Pertempuran ini tentunya menjadi salah satu pertempuran terbesar di Indonesia untuk mencoba melawan penjajah.

Pada masa penjajahan, tentunya ada berbagai hal yang dilakukan oleh penjajah yang membuat bangsa Indonesia sengsara dan sakit. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk dapat menjamin kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, khususnya di wilayah Jawa Barat. Tentunya hal ini juga dilakukan dengan dukungan berbagai pihak di dalamnya.

Tokoh penting yang kemudian muncul jika perlawanan masyarakat Jawa Barat Singaparna terhadap Jepang . Dengan kepemimpinannya, semakin banyak orang bergabung untuk menghabiskan dan memadamkan berbagai sikap tidak baik dari penjajah, dalam hal ini Jepang pada waktu itu.

Penolakan gerakan yang memicu pertempuran

Ketika Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia, Jepang tidak hanya membangun kekuatannya, tetapi budayanya yang beragam dibawa untuk menanggung rakyat. Tentunya Anda juga pernah mendengar atau membacanya. Salah satu budaya yang juga coba ditanamkan Jepang adalah memberi penghormatan kepada benderanya.

Tak hanya itu, Jepang juga berusaha memaksa masyarakat Indonesia untuk menyanyikan lagu kebangsaannya. Termasuk penghormatan menghadap matahari untuk menghormati kaisar Jepang atau disebut sebagai seikerei. Pada dasarnya, dalam agama yang diyakini oleh orang Jepang, membungkuk menghadap matahari adalah bentuk penghormatan kepada dewa matahari.

Hal ini ditentang dan ditolak oleh masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu penyebab perlawanan bangsa Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang pada waktu itu. Sudah pasti keberadaan seikerei juga ditentang oleh banyak ulama saat ini karena mirip dengan gerakan doa juga. Sehingga semakin memperkeruh suasana panas saat itu dan menyebabkan lebih banyak masalah antara Jepang dan Indonesia.

Sudah banyak ulama besar yang menentang keberadaan gerakan ini dan mendorong tentaranya untuk melawan tentara lawan. Tentu saja, ini dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan dan dia tidak ingin melakukan apa yang menjadi kepercayaan agama orang Jepang. Namun, karena  sangat menegangkan,  tentara penyerang  akan  menganggap siapa pun yang tidak ingin melakukannya sebagai kerugian dan pantas dihukum.

Penentangan rakyat Singaparna terhadap Kebijakan Jepang

Salah satu ulama yang menolak gerakan Seikerei saat itu adalah KH Zainal Mustafa. Jelas, ia dan semua muridnya dari Pesantren Sukamanah menolak untuk melakukannya dan memprovokasi   perlawanan  orang-orang Singaparna di Jawa Barat terhadap Jepang. Termasuk juga mengatakan bahwa bagi umat Islam melakukan seikerei adalah tindakan dan harus dihindari.

Tentu saja, KH Zainal Mustafa tetap diam menyaksikan Jepang menyiksa siapa pun yang menolak gerakan tersebut. Dia mulai mengaum untuk meningkatkan kekuatan sehingga dia bisa memberontak dengan benar melawan pasukan Jepang. Pasukan santri dikerahkan di pesantren untuk bisa melawan musuh.

Pada awalnya sebelum terjadi perlawanan antara masyarakat  Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang, penjajah mengutus rakyatnya untuk mengadakan pembicaraan dengan KH Zainal Mustafa agar ia paham. Namun ternyata utusan Jepang pada akhirnya justru membunuhnya dan membuat para penjajah marah sehingga mereka memutuskan untuk melakukan pendekatan yang lebih keras.

Hingga akhirnya perlawanan masyarakat Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang  tidak lagi terhindarkan. Meski memang jumlah prajurit pasti banyak hilang sehingga pasukan lawan bisa menguasai perlawanan. Ada begitu banyak tentara besantren yang ditahan oleh Jepang dan dihukum mati karena tidak dapat dipercaya dan tidak mematuhi perintah mereka.

Orang Singaparna yang anti kebijakan kolonial

Orang-orang di daerah Singaparna sendiri sebenarnya adalah orang-orang yang cenderung religius. Sehingga perbedaan kebijakan penjajah memang sangat anti, apalagi dengan berbagai kekejaman yang telah dilakukan. Hal ini sangat tidak sesuai dengan pemahaman agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Singaparna, yaitu Islam.

Salah satu kendala perlawanan masyarakat Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang adalah karena banyaknya orang yang meninggal karena kerja paksa pada waktu itu. Demikian pula, semua perilaku orang Jepang tampaknya tidak manusiawi. Mereka tega melakukan segala kemungkinan untuk menghukum siapa pun yang tidak mau mematuhi apa yang telah diperintahkan dan dianggap sebagai pemberontak.

Selain itu, semakin banyak kebijakan yang diberikan oleh pihak Jepang dan tidak ada alasan untuk menolaknya. Kebijakan tersebut dinilai bertentangan dengan ajaran agama dan bersifat koersif . Sehingga hal ini membuat masyarakat menjalani kehidupan yang sengsara dan tidak memiliki kebebasan untuk berbuat sesuai dengan ajaran agamanya.

Pertempuran perlawanan masyarakat Singaparna Jawa Barat melawan Jepang  berlangsung di Desa Sukamanah selama sekitar satu jam. Para prajurit yang dipimpin KH Zainal Mustafa membawa pedang dan menodongkan bambu sebagai senjata mereka. Ada kombinasi tersendiri untuk para siswa, ada juga tentara dari Kempetai, Garut, dan Tasikmalaya. Mereka semua bersatu untuk melawan penjajahan sewenang-wenang Jepang meskipun pada akhirnya mereka harus kalah.

Mengenal Sosok KH Zainal Mustafa

KH Zainal Mustafa atau dia di masa kecilnya yang dikenal sebagai Umri atau Hudaemi sebenarnya adalah orang biasa. Ia belajar di Pondok Pesantren Gunung Pari dan berpindah tempat sebagai santri pengembara. Hal ini untuk mendapatkan pengetahuan agama yang lebih dalam dari berbagai jenis guru dan ulama, tentunya.

Setelah menempuh pendidikan di beberapa pesantren di Jawa Barat dan karena kecerdasannya, Umri diangkat menjadi asisten Kyai Muttaqien. Umri memiliki cita-cita mulia untuk bisa mendirikan dan memerintah besantrennya sendiri. Hingga akhirnya mimpi ini terwujud di wilayah Desa Baguer, Singaparna. Tentu ini adalah cerita sebelum perlawanan masyarakat Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang.

Umri kemudian berganti nama menjadi KH Zainal Mustafa setelah menunaikan ibadah haji pada 1937. Hal itu memaksa pembelajaran bahasa Arab sebagai hal utama yang harus diajarkan agar dapat memahami ilmu-ilmu agama dengan lebih mudah. Namun, di pesantrennya, ia juga diajarkan materi tentang sejarah Indonesia dan pertahanan negara induknya.

Adanya materi ini membuat KH Zainal Mustafa dibimbing oleh intelektual kolonial Belanda. Bahkan saat itu ia juga dipenjara oleh Belanda. Tentu saja, hal ini terjadi karena kritiknya terhadap kebijakan penjajah yang dipandang bertentangan dengan ajaran agama dan tidak manusiawi pada saat itu.

Dia terus melakukan semua yang dia bisa untuk melindungi agamanya dan rakyatnya. Penjajah menentang semua kebijakan sampai Jepang datang ke Indonesia. Kecintaannya pada tanah air tidak perlu dipertanyakan lagi. Banyak jasanya sebagai pahlawan nasional yang telah berkelanjutan dan berdampak besar pada perjuangan rakyat Indonesia.

Perjuangan rakyat Singaparna memang harus berakhir dengan kekalahan. Tetapi di daerah lain juga banyak perlawanan terhadap penyelesaian kebijakan penjajah yang tidak tepat untuk kesejahteraan rakyat. Berawal dari  perlawanan  masyarakat Singaparna Jawa Barat terhadap Jepang, perjuangan rakyat Indonesia memang begitu luar biasa untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Read More :